30/09/15

Navicula - Tatap Muka (2015)


Beberapa bulan yang lalu Navicula meluncurkan single pertama dari album barunya lewat kanal mereka di Youtube.



Bukan lagu baru ternyata!

Track ini adalah sebuah interpretasi ulang dari "Merdeka" yang sebelumnya pernah dirilis melalui album Beautiful Rebel (2007). (Dengarkan versi aslinya di sini)

Tertarik, dua minggu yang lalu saya membujuk seorang kawan untuk membeli album baru ini saat belanja (terus sampai mati) di Omuniuum. Tentu saja untuk menghemat kocek, asal tetap bisa menikmati dengan menyalin file-nya ke laptop hahaha.

Rilisan anyar mereka ini bertajuk Tatap Muka. Album ini diedarkan melalui format keping DVD, yang di dalamnya juga terdapat tautan untuk mengunduh versi audio dari kedelapan lagunya secara gratis. Beberapa video klip lawas juga disajikan dalam menu extras. Tidak lupa mereka menyisipkan sebuah stiker lingkaran logo Navicula berukuran lumayan besar sebagai bonus (lumayan untuk jadi tempelan di muka laptop). 

Segar dan natural. Dua kata itu yang pertama kali muncul dalam benak saat mendengar aransir ulang "Merdeka" tadi. Sebuah menu baru telah ditambahkan pada katalog musik Navicula. Band yang selalu disebut-sebut sebagai Green Grunge Gentlemen. Lirik-lirik bernafas cinta, perdamaian, protes pada ketidakadilan, dan seringkali kelestarian alam yang dilolongkan oleh Gede Robi (vokal & gitar); selalu berhasil dibungkus apik dengan musik kotor a la Seattle sound oleh bantuan ketiga pria gagah lainnya: Dankie (gitar & vokal latar), Made (bas & vokal latar), dan Gembul (dram). Sebelumnya mereka meluncurkan Love Bomb pada tahun 2013, di mana setengahnya adalah rekam ulang lagu-lagu lama mereka, dan sisanya adalah hasil rekaman nomor-nomor baru mereka di studio Record Plant, Los Angeles sebagai hadiah dari kompetisi yang diadakan sebuah brand microphone ternama, yang diproduseri oleh Alain Johannes (Queens of the Stone Age, Them Crooked Vultures, Eagles of Death Metal).

Merasa sudah cukup puas bereksperimen di Love Bomb, Navicula mencoba mengeksplorasi konsep baru di album ini. Sebuah acoustic live session dengan didampingi oleh musisi-musisi additional, yang direkam di Rumah Topeng Setia Darma, Bali. Mereka yang bertanggung jawab mewarnai usaha pembersihan musik kotor Navicula adalah Affan Latanete (perkusi), Fendi Rizki (contrabass/cello), Windu Estianto (piano), Sony Bono (gitar), serta Sari Sudharsana & Vivi Mambo (vokal latar). Konsep extended band ini mengingatkan saya pada Skin and Bones, sebuah acoustic live concert album dari band terfavorit saya sepanjang masa: Foo Fighters. Saat itu Dave Grohl dan kawan-kawan menyapu bersih semua distorsi gitar dengan bantuan alat-alat musik yang sama.

Album kedelapan ini berisi delapan buah lagu (sama seperti bentuk tubuh penggebuk dram mereka, ujar Made si pembetot bas pada sesi interview yang juga ada dalam DVD). "Merdeka", "Tak Pernah Berubah", dan "Suara Hati" adalah lagu lama, lima sisanya adalah nomor baru.

Lagu pertama bertajuk "Dead Trees", sebuah ode untuk bangkai-bangkai pohon. Navicula menambah satu lagi lagu "hijau", sebagai pesan utama yang selalu mereka suarakan.

Berikutnya, "Is Me", mereka mendendangkan cara hidup tak biasa yang dipilih oleh diri.
Warna keraguan dan kerendahan diri menggelayut di awal saat Robi berkata:
"Eyes on the sky, feet on the ground /I’m just a man, doing what I can."
Musik mengendap-endap pelan, di latar belakang terdengar rengekan cello, diikuti bagian chorus yang sangat berpotensi singalong diisi oleh lirik optimistis "I'm far behind/But where I stop is where I'm meant to be". Salah satu lirik yang akhir-akhir ini sering saya gumamkan sehari-hari.

Diikuti oleh "Tak Pernah Berubah", sebuah lagu rindu yang bergairah.

Track "Merdeka" sendiri ada di urutan empat. Kata kawan saya, petikan gitar a la country di lagu ini dibawa Dankie dari proyek sebelah miliknya, Dialog Dini Hari. Interpretasi ulang yang megah, sentuhan vokal latar dua wanita pada lirik
"...lebih merdeka, karena inilah/Tanggung jawabku, pada hidupku/Hingga kapankah ku terus begini, menanggung malu"
seakan membawa kita berjalan perlahan namun tegap hingga kita mengawang di udara "Ibarat elang, ku harus terbang, ku harus berdiri di kakiku sendiri"
Sederhana nan substansial: kemerdekaan bersikap, bertanggung jawab pada diri dan keindahan berbagi dengan orang lain.

Kelima, "Bekas Luka", sebuah syair untuk penyair Wiji Thukul, nada-nada pengungkit luka perlawanan. Poin yang sama juga telah diteriakkan di "Refuse to Forget", tembang penolak lupa kematian Munir yang ada di album Love Bomb.

Selanjutnya diikuti "Suara Hati", "Mother in Child", dan ditutup oleh "Song in Dagdad", lagu dengan tuning DAGDAD pada resonator guitar yang dimainkan Dangki menggunakan slide, nomor minor blues bertempo cepat yang menemani nyanyian resah Robi tentang cinta dan musik.

Sesuai dengan tajuknya, atmosfer dalam video mengajak kita untuk santai sejenak dari penatnya kehidupan dan bertatap muka dengan Navicula dan kawan-kawan. Suasana bersahabat yang terasa direkam dengan baik oleh Erick Est, sutradara yang juga telah menggarap beberapa video klip mereka sebelumnya. Didukung oleh tata cahaya dan konsep ruangan yang natural di Rumah Topeng Setia Darma, album ini sukses mengenalkan kita pada muka Navicula yang lain. Sebuah rilisan yang unik dan patut untuk diapresiasi (dan tentu saja dibeli!).


***



 


Artis: Navicula
Judul:  Tatap Muka
Tahun rilis: 2015
Produksi: Volcom Entertainment, EST Movies, & Antida Music Production
Sutradara: Erick EST
Rating: 4/5

Daftar lagu:




2. 04:17








4. 04:36




5. 03:09




6. 04:29








8. 04:46