03/02/16

Menulis Musik: #2 Gelegar Itu Bernama Silampukau




Tahun 2013 silam, saya baru saja menjejakkan kaki di Bandung, kota yang penuh sesak dengan kreativitas orang-orang yang tinggal di dalamnya. Kota di mana budaya dan apresiasi berkembang pesat.  Sejuknya seakan menggoda saya untuk mulai berkarya (dan mengonsumsi karya).

Meskipun begitu, tentu saja aroma keringat dan terik matahari di kampung halaman Surabaya masih melekat di ingatan. Memori tentang musik saya di masa sekolah (selain paduan suara tentunya) yaitu pop punk, yang menurut saya sampai kapanpun akan menjadi kawan setia para pecinta di masa muda dan pada usia senja nanti akan menjelma menjadi secuil fase hidup menarik-perhatian-lawan-jenis yang layak diingat. Sebut saja Blingsatan, salah satu pahlawan lokal Surabaya yang menjadi andalan saat gitaran dan nge-band bersama kawan-kawan.

Ingatan lain yang saya bawa dari Surabaya adalah sebuah band bernama Headcrusher. Lima orang serdadu thrash metal yang kala itu (akhir 2013) baru saja merilis sebuah single bertajuk “Molotov”. Single ini masuk dalam sebuah kompilasi Ronascent Compilation Vol. 1, album kompilasi hasil kerja keras sekumpulan anak muda di Ronascent Webzine.

Saat itu saya belum banyak mengerti tentang musisi Bandung-Jakarta, dan hanya berpegangan pada referensi dari Rolling Stone yang belum banyak saya baca. Saya kaget dengan teman-teman saya yang menggemari musik indie yang seakan membuat mereka lebih maju dari saya (nyatanya tidak). Saya masih ingat sore itu ketika mereka berbondong mendatangi konser dirilisnya album Detourn milik The S.I.G.I.T, saya masih belum paham apa bagusnya musik mereka (bahkan sampai saat ini). Namun hal itu membuat saya makin penasaran apa sebenarnya yang membuat mereka sungguh senang dengan skena musik di sana, mencoba menikmati, serta memainkan musik dengan cara saya sendiri.

Singkat cerita setelah bergelut selama 2,5 tahun dengan kuliah, ludruk, dan musik di Bandung, seorang sahabat merekomendasikan sebuah band yang menurutnya sangat layak untuk didengar. Band yang sedang melejit namanya di ranah independen nasional. Gelegar itu bernama Silampukau.

Ya, Silampukau. Sepasang pujangga folk dari Surabaya, dengan gitar di pangkuan mereka, menyanyikan keluh kesah orang pinggiran, tanpa basa-basi bercerita lugas namun tetap puitis. Musik folk memang sudah lama akrab di telinga orang sini (Bandung dan Jakarta). Namun bahasa Silampukau mengingatkan kita pada bahasa Iwan Fals dan Gombloh yang naratif dan menggelitik. Cerita tentang dagangan miras yang tak laku, macetnya bilangan Ahmad Yani Surabaya yang buas, hingga kisah pelacur dan perselingkuhan di celah gang Dolly ada di album mereka Dosa, Kota, dan Kenangan. Semuanya didendangkan tanpa ragu dan tak heran sukses menembus televisi seperti harapan mereka di lagu “Doa 1”. Namun lagu yang paling sukses meruntuhkan pertahanan kuping saya adalah “Puan Kelana”. Rapinya rima dalam paduan bahasa Indonesia dan istilah-istilah Prancis, mengemas kisah kesalnya seorang lelaki yang terpisah dari kekasihnya yang merantau ke negeri Eiffel itu.

Ini yang sudah lama saya nantikan. Gebrakan dari kampung halaman yang membuat semua orang menoleh ke arah timur Pulau Jawa. Sebuah entitas asing yang membuat mereka tersihir. Sajian sederhana dari kota pahlawan tempat saya dilahirkan dan dibesarkan dulu.

3 komentar:

  1. Wingi onok silampukau Yo nang gedung wanita sing kene delok standup biyen wkwk, wenuk temen yo

    BalasHapus
  2. Nuliso terus bos, be e senggang mampiro blogku kene pisan
    ajiandriyas.wordpress.com

    BalasHapus
  3. Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

    Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

    Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

    Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

    Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

    BalasHapus